Pages

Minggu, 04 April 2010

Cuihuuuyyyyy… LDP, men, women!









Hari Minggu, 21 Maret 2010. Keputusasaan dan kemarahanku hampir terobati di sini. LDP, men, women! A.k.a Latihan Dasar Penelitian, keren banget sumpah! Ini nih program tahunan TSC yang tujuannya buat ngelatih kemampuan anak-anak TSC kelas X, termasuk aku, dalam hal penelitian. Kurang lebih seperti itu. Oiya, TSC itu singkatan dari Teladan Science Club, macam ekstra KIR gitu, tapi ini bukan ekstra KIR biasa, mamen! Ini luar biasa (dengan nada bicara kayak host Silet). KIR ini di bawah sekbid 5 OSIS Bhinneka Teladan Bhakti SMAN 1 Yogyakarta yang kami cintai (walah, malah cerita organisasi, orang sini pengen cerita LDP-nya e..).

Afwan, maaf, bahasa gaulnya anak Teladan.

Eniwei, LDP kali ini dikemas seperti semacam touring. Asyik banget, apalagi buat yang seneng traveling, seerrrruuu abisss. Tujuannya ke Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis, Pantai Parangtritis, dan Taman Pintar. Yang seneng geografi nih, nggak boleh terlewatkan.

Oke, pertama, Mbak/ Mas level 26 ngasih info kalo kita, level 27, harus kumpul di sekolah jam 6.30am. rencananya mau berangkat jam 7.00am gitu. Tapi biasalah Indonesia, pada ngaret semua jamnya, melaaarrr…molorrr…kayak kolor… Mana bapakku udah ngebut di jalan pula. Kan ceritanya pagi-pagi itu aku dianter bapakku gitu, soalnya males aku naik motor sendiri ke sekolah. Hemat bensin (jialah), secara bensin kan mahal. Akhirnya sekitar jam 7.30am gitu kita baru berangkat dari sekolah ke Dinas Pendidikan Provinsi, ngejemput anak-anak dari SMA 8 yang mau ikut plus Mas Zainal juga, pembimbing KIR. Habis itu.. Langsung deh, melesat ke Geospasial. Jiaaaaaaaa…

Wah, gila nih anak-anak, di bis pada nggak bisa diem, berisssiiiikkk plus raaameeee… Mana ada kontak jodoh dadakan lagi. Hehe, kalau soal ini pasti udah bisa nebak siapa yang dijodoh-jodohin (jawa : dipacok-pacokke). AKU. Hiks! Jahat mereka. Sama… Ah, nggak usah tak sebutin namanya. Sori, Joy! (Wealah, nyeplos!) “Merah mukamu,” kata Indah.. Huuuuaaaaaaaaaa…

Nggak lho, bapak-ibu-saudara, saya nggak ngapa-ngapain, kami temenan aja kok. No no no…

Waktu nyampe Lab. Geospasial, hatiku berbunga-bunga tidak terkira (halah). Masalahnya udah lebih dari 1,5 tahun aku nggak balik ke sini, ke lab ini, ke daerah ini (kayak aku dikangenin banyak orang aja di sini). Emang dulu aku pernah ngelakuin research sama kawan-kawan dan guru SMP di sini. Tempatnya keren banget! It was awesome, now it is more awesome.

Nah, ini nih yang namanya Lab. Geospasial Pesisir Parangtritis. Keren kan? :D

Habis itu, langsung deh kita disuruh masuk ke dalemnya. Eh, ketemu Pak Antok, yang dulu pernah jadi informan penelitian, ternyata beliau ngisi acara LDP juga. Isinya mulai dari kapan dibangunnya lab ini sampai pembentukan gumuk pasir di Parangtritis. Dan ternyata, gumuk pasir yang ada di Parangtritis itu, terutama yang berbentuk Barchan merupakan satu-satunya yang ada di Asia Tenggara, yang lain ada juga di Meksiko. Secara nih, Indonesia beriklim tropis, biasanya gumuk pasir (sand dune) itu ada di daerah yang beriklim humid (lembab) dan subtropik. Makanya, gumuk pasir di Parangtritis itu termasuk langka dan unik. Wow, Indonesia keren ya? Bangga dong, jadi anak Indonesia 

Woho, ternyata kata beliau dan guruku waktu SMP bener. Whatever, nggak usah dibahas, lanjutkan saja!

SMA kita dapet kenang-kenangan lho, dari Geospasial berupa sebuah peta yang diserahkan secara simbolik kepada Pak Kepsek oleh Pak Antok. Waduh, fotonya burem nih! Maaf, ya, posisinya pas nggak enak. (Ada keteknya

Habis acara di dalem gedung kerucut, kita keliling lab dan museum. Ternyata museum plus lab ini udah berubah banyak banget dari terakhir kali aku datang ke tempat ini. Jadi tambah bagus, lab-museum-nya ditambahi koleksi-koleksi yang eksotis. Bagus pokoknya, mulai dari foto-foto pameran, pasir-pasir, sampel batuan, pengetahuan2, sampai alat-alat pemetaan. Keren! ^_^ Subhanallah! Arsitekturnya juga keren , berasa pengen punya rumah kayak ginian. Lihat deh, lantainya ada pasirnya. Naluri kenarsisan kami pun muncul. Jiahaaa… Foto-foto… Cepret! Cekrik!


Keluar dari museum, Mas Zainal ngasih info buat level 27. Boleh keliling lingkungan sekitar sini sambil cari ide penelitian, terus jam 11.30am harus balik lagi ke lab, gitu katanya. Akhirnya, aku dan Mbak Hanif memutuskan untuk keliling-keliling lingkungan sekitar situ. Ngeliat temen-temen pada antusias banget buat pergi ke pantai, akhirnya, we’ve decided to go to the beach! Yeah! Padahal jarak antara lab ke pantai hampir 2 kiloan, kalau lewat hutan. Tapi kalau lewat jalan aspal bisa lebih dari 2 kilometer. Buset dah! Wahaaa… semangat! Waktu itu kami bersepuluh. Aku, Ega, Wulan, Mbak Sasa, Mbak Hanif, Mbak Aras, Arin, Mbak Retno, Mas Syafiq, dan Mas AIR (dua-duanya cowok yang ikut). Sebelumnya ada Mas Fian dan Mas Fatih, tapi mereka nggak jadi ikut.

Awalnya kita nggak tahu lewat jalan yang mana kalau lewat hutan. Asal jalan aja lewat jalan aspal di depan lab. Subhanallah, liat deh, view-nya bagus banget nih hutan, kayak di luar negeri pas mau pergantian musim dari summer ke spring. Jiahaaaa… hutan ini notabene ditumbuhi pohon akasia, jambu mete, dll. Keren pokoknya! Awalnya aku juga niat buat cari jambu mete di hutan. Sayang beribu saying, jambunya nggak ada… Nggak musim kali.

Hmmm… kita bersepuluh yang nggak tahu arah dan tujuan asal jalan aja nyeberang hutan asal nyampe ke pantai. Kita bingung nih pertamanya, tapi karena ada jejak mirip ban sepeda motor di tanah pasir, yang mirip ular itu (jejaknya maksudku), kita ikutin aja. Siapa tahu jejak itu akan membawa kami menuju alam nan elok dipandang mata, pantai. Ya Tuhan, aku rindu pantai. Aku cinta pantai…

Berbagai rintangan di hutan telah kita lewati. Panas terik matahari tak jadi hambatan bagi kami untuk melanjutkan perjalanan kami menuju pantai. Pantai Depok. Akhirnya, dengan perjuangan yang tiada batasnya, dengan keringat yang mengucur deras, dengan jari-jari kaki yang kapalan karena berjalan terlalu lama, debur suara ombak semakin mendekat kea rah kami. Kami takut, kami takjub. TSUNAMI!!!!! TIDAAAAAAKKKKK!!!! Oh, bukan, ternyata hanya ombak biasa. Itu artinya, kami telah menemukan… PANTAI!!!!!! Whoaaaaa….!!! I love it! Pantai……. Pantai……. Oo, tapi kami harus nyeberang jalan dulu, habis itu naik bukit, terus turun bukit, habis itu jalan, ketemu deh pantainya! Cihuy!

Waktu itu pantainya habis pasang, tapi sekarang udah surut. Mas Syafik ngambil ranting kering di pantai (pas waktu itu pantainya lagi kotor banget, katanya sih habis adda upacara labuhan gitu), habis itu nulis di pasir. Entah kenapa (mungkin karena takut tulisannya bagus), Mas Syafik ngasih ranting itu ke Ega, dan Ega menuliskan beberapa huruf dan angka. Ini dia! Habis itu, kita foto-foto deh! Waha… Asyik!

Oh, no, kita terlalu asyik main di pantai sampai lupa waktu gitu. Untung ketemu anak-anak SMA 8 yang juga main di pantai. Oh, plis deh, ngebayangin pulang ke labnya gimana? Mana nggak ada angkot lagi (ya iyalah), ojek juga jarang (kan di deket hutan). Addanya Cuma kendaraan pribaddi yang berlalu lalang. Si Arin ngusulin buat nyetop kendaraan yang searah dengan kita, tapi plis deh, mana ada mobil yang muat buat 10 orang kecuali ya emang dibikin muat buat 10 orang. Wkwkwkwk… Mau balik ke rute yang tadi takut nyasar, secara kita tadi Cuma asal. Terus, karena waktu yang semakin mepet, kita barengan aja sama anak SMA 8. Woohoo, ternyata mereka lebih berbakat jadi Bolang! Mereka lebih tau rut eke lab daripada kita.. T.T… Hmmm… jalan yang mereka pilih lebih enak dan lebih cepet daripada jalan yang kami pilih tadi. Wow, lebih sejuk juga! Astaga! (lebay versi Fitri Tropika, hehe). Hmmm… Yummy!
Hooooahhheeemmm… Akhirnya sampai juga! Habis itu kita makan-makan. Hurray! Eniwei, mukaku jadi kayak kepiting rebus nih. Merah semua. Merah membara bagaikan kayu terbakar api (alay mode : on). Lihat deh! Waduh, Emak, pulang-pulang mukaku jadi item nih, lupa nggak pake sunblock (halah!)!
Wajahku… Ohhh…
Wakarakara, petualangan kami di Lab. Geospasial harus segera diakhiri, karena kami akan pulang! Eits, sebelumnya ke Taman Pintar dulu! Woho, Smart Park, dude! Mungkin karena kecapekan kali ya, aku jadi ketiduran di bus. Tiba-tiba aja begitu aku bangun udah nyampe di Smart Park (baca : Taman Pintar, biar agak kerenan dikit gitu pake bahasa Inggris). Nyampe sana kita sholat, terus masuk ke Gedung Kotak. Eh, kayaknya ada background bagus nih buat foto. Hohoho… Foto-foto dulu, ah! Eh, Indah sama Ida (dua bersaudara) ikut juga. Oke dah! Biar tambah rame… Cepret!
Di Gedung Kotak itu ternyata ada semacam penyambutan, penyuluhan, sosialisasi, dll, whatever. Yang ngisi Bapak Kepala Smart Park, Mbak-Mbak temennya Pak Kepala Smart Park sama Mas Zaenal. Mereka bilang bakan]lan ngedukung para pelajar di kota ini yang mau ngadain penelitian. Ehem… ehem… tapi aku agak kurang sreg nih. Soalnya yang didukung banyakan yang penelitian IPA. Huwahhh! Terus aku bberaniin diri aja buat Tanya, “Terus yang peneliti IPS gimana?”. Dengan panjang lebar Bapak Kepala Smart Park itupun bilang kalau semua genre penelitian didukung buat kemajuan Jogja dan Indonesia. Hore, hufffttt… Akhirnya… lha mau gimana lagi, Kangmas mbakyu, saya ini berdarah IPS (lho?) Maksudku, aku ini dari dulu emang udah klop sama IPS. Mendarah daging gitu deh (alay). Terus disosialisasiin juga kalau besok bakalan ada TPSC (Taman pintar Science Club), TSC-nya Taman Pintar. Wuaahh, banyak IPA-nya juga. Kata Mas Zae, buat anak-anak yang bergelut (bahasane) di bidang IPS, bisa masuk ke kategori Studi Dampak Pemanfaatan Teknologi atau apalah namanya, aku lupa. Di situ nantinya bakalan ada kajian ilmiah, workshop, dll. Ntar kalo ada info lagi aku posting di blog deh! Insya Allah…
Habis itu ada insiden menarik nih di Gedung Kotak, wehwe… Si Arin sama Nita yang super duper nggak habis-habis baterenya kalau bgomong, tiba-tiba dapet teguran dari Mbak temennya Pak Kepala Smart Park. Soalnya mereka menyuarakan “ihi ihi” yang menurut mbaknya agak mengganggu. Terus si Arin disuruh nyanyi deh. Waduh, kasihan banget nih anak! Tapi dia kan pedis, pede abis.. Wkwkwkwk.. Suaranya Arin lumayan bagus juga, bisa ikut Indonesian Idol nih. Wahahahaha… Peace, Rin!
Arin lagi nyanyi, yang pertama nggak tau judulnya apa, yang keddua lagu daerah asalnya, Si Patokaan. Sayang, sayang Si Patokaan …